Kamis, 25 Agustus 2011

Halaqah-Sentuhan kalbu?




(Menangis di akhir Ramadhan)


Dalam kedamaian sahur, dan kedinginan sepertiga malam, setelah selesai melabuhkan tahajjud cinta dan kini tenang mau makan sahur yang menyelerakan ..., dibalik semua nikmat beragama ini, tidak terhintung banyaknya telah mengalir akan air mata dan darah para kekasih Allah ...


Mungkin kita lupa pada istri Musa yang kesejukkan di bawah kaki bukit Tsur, bersama anak-anaknya, yang tabah menunggu suami dan ayah mereka, yang telah pergi mengambil api dari puncak bukit, tapi suami yang di tunggu tak muncul tiba, karena hakikatnya si suami sudah di lantik menjadi Nabi, dan bermulalah sebuah pengorbanan anak beranak demi nikmat beragama untuk diri dan ummat yang akan datang .. ...


Dalam kemeriahan kita berbuka puasa pula, sedang asyik mau makan dan minum ..., dibalik semua nikmat beragama ini, tidak terhitung banyaknya telah mengalir air mata dan darah para kekasih Allah ...


Barangkali kita lupa pada Istri Ibrahim yang kepanasan dan kehausan, serta kelaparan dan kelelahan dalam mencari air di Lembah Safar dan Marwah .. sedang anak masih dalam susuan, lalu jadilah Jessica di lembah Mekah tanpa suami di sisi karena suaminya sedang berkorban demi mencari nikmat beragama untuk diri dan ummat yang akan datang .. ...


Hari ini kita shalat berlangitkan kipas koin, dan berdiri di atas karpet yang lembut lagi tebal, dan masjid yang sungguh indah dalam pandangan mata, di balik semua nikmat beragama ini, tidak terhitung banyaknya telah mengalir air mata dan darah para kekasih Allah ...


Mungkin kita lupa pada Summayah r.aha yang di tombak sehingga mati karena agama ini, atau keluarga Yassir yang juga mati di siksa, atau Nabi zakaria as yang di gergaji sampai terbelah dua atau juga Nabi Yahya a, s yang di pancung kepalanya, semuanya telah tewas demi karena agama!


Sesungguhnya, demi agama, Allah sanggup melihat kekasih tewas dan terus tewas dan di korbankan ....


Dalam kemeriahan kita semua berbuka puasa, makan bersama kecap cap 'Bilal', sebenarnya kita telah lupa pada Bilal bin Rabah yang hidupnya di siksa, di jemur di padang pasir sedang di dadanya di pasak dengan batu sebesar raksasa, saban malam di cemeti bergantian pula ...


Tak lupa juga akan kita yang berbuka dengan roti yang lembut atau khebab yang menyelerakan, daging panggang dan makanan yang serba enak .., sedang Khabbab bin Alarat ra telah di siksa karena agama ini, beliau di tarik pada bara api sehingga lemak dan darahnya telah memadamkan bara api .. semuanya demi karena agama ....berkorban dalam mencari nikmat beragama untuk diri dan ummat akan datang ...
Dalam kedamaian sahur, dan kemeriahan berbuka puasa, serta rukuk dan sujud yang merehatkan jiwa, di balik semua nikmat beragama ini, sebenarnya, tidak terhintung banyaknya telah mengalir akan air mata dan darah para kekasih Allah ...


Izinkan untuk aku terus titipkan beberapa lembaran kisah mereka yang telah menderita karena agama, berkorban dalam mencari nikmat beragama untuk diri dan ummat akan datang .. ...


Pada suatu waktu di saat zaman dan abad yang terbaik, ada cerita seorang sahabat Nabi SAW yang baru kematian istrinya sedang beliau masih memiliki seorang anak lelaki berusia 5 tahun, namun sahabat ini telah datang menemui Nabi SAW untuk bergabung jihad menegakkan agama Allah ...


Nabi menasehatinya supaya duduk di rumah bersama anaknya yang masih kecil itu .., tapi dia mendesak juga untuk bergabung, barangkali ia telah tercium bau surga. Dan Nabi Muhammad SAW telah membiarkan ia pergi ..
Si anak yang di bernama Basyir ini pun bukan calang calang budak. Meskipun baru berusia 5 tahun telah sanggup berpisah dan di pisahkan demi semata mata karena agama Allah. Bahkan si anak-anak para sahabat beliau ini akan saling berbangga terhadap ayah dan ibu mereka yang telah turut sama bergabung peperangan bersama Rasulullah SAW. Allah jua yang melemparkan pemahaman dalam diri mereka pada nilai agama ..


Setelah beberapa waktu berlalu, terdengarlah berita akan kepulangan tentara islam dari luar kota Madinah, nun di sana tampak segerombolan debu dan debu yang berterbangan menjulang ke langit efek hentakan tapak kaki kuda dan unta milik tentara islam. Di perbatasan Madinah, sebaik kuda dan unta menghentikan tapak kakinya, dan dalam suasana debu debuan yang masih beterbangan, si anak-anak sahabat sudah tidak sabar menunggu untuk bertemu dengan bapak-bapak mereka. Dalam lari kasih sayang, Basyir bin Abarkah telah mendahului semua perindu yang lain, meskipun usianya baru 5 tahun, tapi beliaulah yang paling maju, katanya: ingin berteriak ayahnya .. maklumlah, mereka baru belajar arti rindu.


Debu debu pun mulai turun ke bumi. Sedikit demi sedikit terpancullah wajah kuda dan wajah unta yang setia. Dan debu debu pun masih terus turun ke bumi. Sedikit demi sedikit terlihatlah wajah tua tua mereka. Maka si anak mulai menerkam si bapak, dan bapak mulai menerpa si anak, mereka saling berpelukan menangis gembira melepaskan rinduku. Bapa mana yang tidak rindu pada anaknya? Anak mana yang tidak gembira bertemu ayahnya? Lantas terdengar suara takbir di sini sana, memuji Allah sambil menangis syukur ..Memuji Nikmat Allah ..Tidak lama kemudian .. perbatasan Madinah itu telah menjadi daerah sepi dan sunyi, yang tinggal hanyalah jejak kaki manusia dan binatang tunggangan. Namun yang terlihat pada waktu dan saat itu, Basyir budak berumur 5 tahun seorang diri sedang mencari ayahnya. Sudah puas ke kiri dan ke kanan ... sudah jauh mata memandang, sudah penat menunggu, namun si ayah yang di rindu, tidak datang-datang!. Tidak kunjung tiba! Ke mana ayah pergi? Kenapa masih belum pulang? Dalam debu debu yang masih tinggal, terlihat satu kelibat lelaki sedang berjalan ke arah Basyir bin Abarkah budak berumur 5 tahun itu,
Lalu si Basyir menerpa pria itu karena disangkanya ayahnya sudah pulang. Namun pria itu bukanlah ayahnya, sebaliknya pria itu adalah Nabi Muhammad SAW.
Lantas Basyir bertanya: Mana ayah ku?. Lalu Nabi memalingkan wajahnya ke kanan karena tidak sanggup untuk berkata kata. Si Basyir lantas bergerak kekanan Beliau dan terus bertanya: "Mana ayah ku?". Sekali lagi Nabi memalingkan wajahnya ke kiri lantaran tidak sanggup untuk menuturkan kata kata sedang air mata mulai berlinangan di pipi. Si Basyir tidak berputus asa dan terus bergerak ke kiri Beliau.
"Mana ayah ku?". Lalu Nabi duduk sama tinggi dan menjawab dengan nada sedih dan pilu sedang tangan beliau mengusap rambut Basyir ...."Anak .., Ayah mu telah syahid." Air mata anak terus mengalir hangat, di kala darah yang mengalir dari tubuh ayahnya sudah lama lenyap di telan bumi ....Lantas Nabi membujuk: "Maukah kamu aku menjadi ayahmu? Aisyah menjadi ibumu, dan Fatimah menjadi 
kakakmu ?"...


Dalam kedamaian sahur kita pagi ini, dan kemeriahan berbuka puasa sore nanti, serta rukuk dan sujud yang merehatkan jiwa di waktu malam, di balik semua nikmat beragama ini, tidak terhintung banyaknya telah mengalir akan air mata dan darah para kekasih Allah ... Sesungguhnya mereka telah mewarnai bumi Mekkah dan Madinah dengan darah ..


Disini juga biarlah aku ceritakan kisah Mus'ab bin Umair, yang hidup dalam kesempitan dan kedaifan, pada suatu hari telah berjalan melewati Rasulullah saw sedang dia hanya memakai sehelai kain yang telah koyak di beberapa bagian. Salah satu bagian yang terkoyak telah di tempel dengan kulit binatang karena tidak cukup kain, lalu sambil menangis Rasululullah bercerita kisah Mus'ab bin Umair kepada sahabat yang lain, bahwa sebelum islam, Mus'ab bin Umair adalah anak orang kaya dan hidup dalam kemewahan, di sayangi dan di manjai, hidup ditatang bagai minyak yang penuh, pakaiannya saja berharga 200 dirham dan hidup dengan penuh perhatian dari orang tua. Tapi sebaik beliau memeluk agama islam, beliau telah di murkai oleh orang tua, di ikat dan di kurung, satu hari ia dapat melepaskan diri dan lari menurut sahabat Nabi lalu hidup dalam kondisi zuhud dan miskin.
Di ujung pengorbanan, dalam perperangan Uhud, mayatnya di lihat terbujur tanpa ke dua-dua tangan, di potong musuh selangsung tugasnya yang memegang bendera .., dan beliau telah menutup dirinya dengan kain tapi tidak cukup lalu di tutup dengan daun-daun Izkhar. .


Dalam hidangan berbuka puasa yang enak dan meyelerakan, serta rukuk dan sujud yang merehatkan jiwa di sepertiga malam, di balik semua nikmat beragama ini, tidak terhintung banyaknya telah mengalir air mata dan darah para kekasih Allah ...


Dan ada juga cerita lain seorang ibu kepada beberapa anak lelaki yang di beritahu tentang kematian suami di medan perang, pada kematian anak sulung, pada kematian anak nomor dua dan seterusnya anaknya yang bungsu. Namun, Bila terdengar semua anggota keluarganya mati di jalan Allah dia masih tenang, tapi bila mendapat tahu anaknya yang bungsu juga mati, si ibu ini tertegun dan menangis ... dia dibujuk orang, agar bersabar dengan ujian Allah ..Tapi si ibu berkata: "janganlah kamu semua ucap takziah pada aku, tapi ucapkanlah selamat kepada aku, ..., aku menangis bukan karena semua anggota keluarga ku telah mati, tapi aku menangis karena aku sudah tidak anak lelaki lagi untuk di korbankan di jalan Allah. ! "


Dalam istirahat kita bertarawikh, dan sedang menikmati cemilan setelah lepas shalat witir, di balik semua nikmat beragama ini, sesungguhnya, tidak terhintung banyaknya telah mengalir akan air mata dan darah para kekasih Allah ...Seorang sahabat ketika ingin di campak ke dalam api oleh seorang Raja kafir telah menangis sambil berkata: "aku menangis bukan karena takut mati, aku menangis karena aku hanya ada satu nyawa saja, seandainya aku memiliki nyawa sebanyak bulu roma di badanku ... maka, satu demi satu akan ku korbankan untuk agama!!! "


Menjelang hari raya, saling bergembira, bertakbir di sana sini, di balik semua nikmat beragama ini, sesungguhnya, tidak terhitung banyaknya telah mengalir air mata dan darah para kekasih Allah ...


Mungkin kita lupa pada awal kerja Nabi di jalankan, ketika Nabi saw keluar dari rumah dengan baju yang bersih, tapi bila petang nanti pulang, baju Nabi sudah kotor, karena di jalanan beliau di pukul orang, di sepak terjang, di simbah sampah dan di lempar batu dan najis ..,


Dari celah daun pintu Fatimah r.aha anak Nabi mengintai perlakuan ayahnya yang tercinta, lalu bergenanglah air matanya melihat penderitaan ayahnya, namun begitu Nabi pulang, lekas-lekas beliau mengusap air mata dan menyambut beliau dengan senyuman, menyembunyikan kesedihan diri demi memberi dukungan moral dan sedikit hiburan kepada jiwa luhur bapaknya yang teramat tabah itu ..Namun hati anak mana yang tahan melihat ayahnya terus menerus di siksa? Lantas suatu hari beliau berjalan di belakang Nabi, melihat perlakuan ayahnya langsung, di jalanan dia melihat ayahnya berdakwah dan di hina, di perlakukan seperti pengemis dan binatang, di sakiti, di caci, di maki, di pukul, dan di lempari batu. ..Puncak penghinaan, ketika Nabi shalat di hadapan Ka'bah, Abu jahal dan sekutunya telah membuang kotoran dan perut unta ke belakang badan beliau yang sedang sujud .., dengan linangan air mata Fatimah r.aha datang membersihkan najis di badan ayahnya ..


Hati mana yang bisa bertahan, lantas di suatu hari yang lain, Fatimah ra telah menyambut kepulangan Nabi Muhammad SAW dengan linangan air mata., Lalu beliau bertanya: kenapa menangis? Dengan air mata yang bergenang, melihat penderitaan ayahnya, Fatimah r.aha berkata: "Aku menangis karena ku lihat telah berubah warna kulitmu dan kotor pakaianmu ..," Nabi menjawab ..."Janganlah kamu menangis wahai Fatimah, satu hari nanti, agama yang aku bawa ini, akan pergi menuju ke setiap rumah meskipun rumah itu berada di desa atau di Kota, dan Allah akan masukkan kemuliaan atau kehinaan ke dalam rumah seperti tersebarnya 
malam ..."


Maka kita semua pada hari ini, dalam kedamaian pagi dan ketenangan sore atau kesejahteraan malam, sedang kita menikmati nikmat beragama, mungkin di suatu hari akan datang wakil Nabi mengetuk pintu rumahmu, tidak kira di mana kamu berada, di desa atau di Kota, dan Allah akan masukkan kemuliaan atau kehinaan ke dalam rumahmu seperti tersebarnya malam ... dan bukakanlah pintu rumahmu dan pintu hatimu .., karena mereka hakikatnya sedang mengungkapkan hadits Nabi saw.
Ziarah mereka bukan karena hari raya, atau karena menuntut hutang, tapi semata mata karena Allah, mudah-mudahan kamu dan mereka akan dapat menikmati ruang di bawah arashy berkat amalan ini, dan semoga Allah kasihan pada kamu dan mereka lantaran praktek yang mulia ini lalu mempertahankan kita semua dalam iman, dan menyebarkan hidayat ke seluruh alam, sehingga akhirnya semua pria akhil baligh dapat minikmati shalat berjamaah, dan semua wanita akhil baligh dapat menikmati shalat di awal waktu dan tutup aurat dengan sempurna, kemudian, anak-anak akan taat perintah orang tua , dan istri-istri akan taat perintah suami dan semua mahkluk akan taat perintah Allah lalu menyembah Allah dengan cara yang paling layak selayak-layaknya Dia di sembah! ...

Sesungguhnya, Dalam kedamaian sahur, dan kemeriahan berbuka puasa, serta rukuk dan sujud yang merehatkan jiwa, di balik semua nikmat beragama ini, tidak terhitung banyaknya telah mengalir air mata dan darah para kekasih Allah ...


Akupun tak kuasa haru melihat perjuangan kekasih Allah, akankah kita tak mampu meneruskan perjuangan mereka walau hanya dengan menuliskannya ??

2 komentar:

  1. Subhanallah Semoga saya,anda kita semua bisa dan selalu berusaha untuk terus menegakkan agama Allah dan selalu mencintai baginda nabi Muhammad saw. amiin ya robbal'alamin..

    BalasHapus
  2. Aamiin....
    Trimakasih banyak sdh berkenan mengunjungi blog ini, smg bermanfaat..

    BalasHapus